Pengertian Metode Induktif (Teori Empirisme) Menurut Francis Bacon Dan Aliran-Aliran Pemikiran Filsafatnya

1. Metode Induktif (Teori Empirisme) Menurut Francis Bacon

Dalam buku Novum Organum atau New Instrument pada dasarnya Francis Bacon menyempurnakan metode ilmiah induktif. Praktek ilmiah yang saat itu bertumpu sepenuhnya pada logika deduktif Aristoteles yang dipandang tidak ada gunanya dan merosot. Karena itu diperlukan metode penelaahan baru, yaitu suatu metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan. Salah satu gagasan yang termasyhur dari Francis Bacon dalam Novum Organum adalah konsep Idola. Konsep ini dikemudian hari dianggap sebagai cikal bakal konsep “ideologi” dalam ilmu-ilmu humaniora. Yang dimaksud dengan Idola adalah rintangan-rintangan bagi kemajuan manusia sebagaimana tampak dalam perkembangan masyarakat dan perilaku bodoh para individunya. Idola adalah unsur-unsur tradisi yang dipuja-puja seperti berhala. Idola ini merasuki pemikiran manusia sehingga menghambat manusia berpikir kritis dan maju karena terkekang pada idola/mitos sehingga manusia tidak bisa berpikir tentang perubahan.
Menurut Francis Bacon terdapat empat macam Idola penghalang metode induktif. Pertama, adalah Idols of the Tribus (Bangsa), adalah menarik kesimpulan tanpa dasar secukupnya, berhenti pada sebab-sebab yang diperiksa secara dangkal, sehingga orang tak sanggup memandang alam secara objektif. Perkecualian-perkecualian dianggap ajaib, mukjizat disingkirkan dan tidak dipelajari atau tanpa percobaan dan pengamatan yang memadai. Umpamanya: awan yang mendung agar bumi mendapatkan air, kulit makhluk hidup perlu untuk melindungi manusia terhadap panas dan dinginnya udara. Kedua, Prasangka Individual atau Idols of the Cave. Yang dimaksudkan disini adalah pengalaman-pengalaman dan minat-minat pribadi kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia objektif dikaburkan. Ketiga, Idola Fora (Forum/Pasar) atau Idols of the Marketplace adalah idola yang paling berbahaya. Yang diacu disini adalah pendapat atau kata-kata orang yang diterima begitu saja sehingga mengarahkan keyakinan-keyakinan dan penilaian-penilaian kita yang tak teruji. Keempat, Idola Theatra (panggung) atau idols of the theatre. Dengan konsep ini, Francis Bacon memperlihatkan sistem-sistem filsafat tradisional adalah kenyataan subjektif para filsufnya. Sistem-sistem ini dipentaskan, lalu tamat, seperti sebuah teater. Pemikiran Francis Bacon sangat mempengaruhi tradisi empirisme Inggris (hobbes, Locke) serta pemikir pencerahan Prancis, seperti Antone Destutt de Tracy (1997), yang akhirnya menghasilkan konsep ideologi, yang dikemukakan dalam buku Elements d’ideologie yang ditulis antara tahun 1801 dan 1815.
Francis Bacon menegaskan bahwa, kita tidak boleh seperti laba-laba yang gemar memintal jaringnya dari apa yang ada di dalam tubunya, atau seperti semut yang semata-mata tahu mengumpulkan makanannya saja, melainkan kita harus seperti lebah yang tahu bagaimana mengumpulkan tetapi juga tahu bagaimana menatanya. Metode deduktif yang digambarkan oleh Francis Bacon seperti laba-laba dan, sedangkan metode induktif tradisional seperti semut, metode induktif medernlah (yang telah disempurnakan) yang sama dengan lebah. Francis Bacon penaruh perhatian besar pada metode induksif yang tepat untuk memperoleh kebenaran, berdasarkan pada pengamatan empiris, analisis data, penyimpulan yang terwujud dalam hipotesis (kesimpulan sementara), dan verifikasi hipotesis melalui pengamatan dan eksperimen lebih lanjut. Metode induksif yang bertitik tolak pada eksperimen yang teliti terhadap data-data partikuler menggerakkan rasio maju menuju penafsiran atas alam (interpretation natural).
Berdasarkan penjelasan di atas, metode induktif menurut pemikiran Francis Bacon dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

http://ilmukuliahonline.blogspot.co.id/
Jadi, relevansinya dari Idola ini, kita dapat menyaksikan bagaimana Francis Bacon mau membersihkan pengetahuan kita dari macam-macam prasangka yang menghambat kemajuan. Usaha semacam ini jelas sejalan dengan cita-cita Renaisance, yakni tak lain dari objektivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan tentang objek di luar diri pengamat itu dapat dicapai semaksimal mungkin. Idola bagaikan debu yang mengotori mata untuk melihat objek pada dirinya, maka harus dibersihkan.

2. Aliran-Aliran Pemikiran Filsafat Francis Bacon

a. Induktif
Prancis Bacon dikenal sebagai bapak metode induktif (empiris-eksperimental). Induktif adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menemukan hukum. Secara umum induktif dijelaskan sebagai proses berpikir di mana orang berjalan dari yang kurang universal menuju yang lebih universal, atau secara lebih ketat lagi dari yang individual atau partikular menuju ke yang umum atau universal. Induktif bisa mengantarkan manusia pada tingkatan inderawi dan individual menuju ke tingkatan intelektual dan universal. Dalam segala bentuknya yang lebih khusus induktif merupakan persoalan generalisasi empiris, yakni kita berargumen bahwa karena adanya sesuatu yang telah terbukti benar dalam sejumlah kasus yang diamati. Oleh karena itu, argumen ataupun penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari pengetahuan-pengetahuan khusus untuk sampai kepada suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang umum. Dalam segala bentuknya yang lebih khusus induktif merupakan persoalan generalisasi empiris, yakni kita berargumen bahwa karena adanya sesuatu yang telah terbukti benar dalam sejumlah kasus yang diamati. Oleh karena itu, argumen ataupun penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari pengetahuan-pengetahuan khusus untuk sampai kepada suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang umum.
Menurut Francis Bacon metode induktif adalah proses pemikiran dengan cara mengamati dan meneliti fenomena-fenomena yang terjadi dan kemudian digeneralisasikan sebagai kesimpulan. Dengan kata lain metode induksif adalah cara berpikir dari hal-hal yang bersifat kusus (particular) menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Contoh: logam besi dipanaskan memuai, logam perak dipanaskan memuai, logam emas dipanaskan memuai, jadi semua logam dipanaskan memuai.
Francis Bacon menekankan bahwa segala wewenang yang ada dalam hal-hal intelektual dan sekular harus ditolak, bahkan yang terdapat dalam gereja sekalipun, semuanya itu harus digantikan dengan penelitian induktif tentang alam secara bebas. Semua kebenaran harus diketahui secara pasti, disimpulkan, dibandingkan dan dipakai sebagai satu-satunya patokan bagi suatu kesimpulan atau dasar-dasar pengetahuan. Lebih jauh lagi ia menyatakan bahwa hal-hal tersebut harus diuji, karena bila terdapat satu saja hasil yang negative akan dapat mengakibatkan tidak berlakunya suatu kesimpulan, walaupun terdapat fakta berbagai fakta sekalipun. Metode semacam itu juga harus diterapkan dalam semua bidang pelajaran. Tidak boleh ada pemakaian hal alkimia, takhayul, teori-teori atau penjelasan yang belum terbukti, dongeng atau hal-hal magis, diskusi yang bertele-tele tentang suatu kebenaran yang mutlak, dan ketergantungan terhadap buku-buku atau para ahli dalam bidang apapun. Seorang murid harus percaya akan penelitian dan percobaannya sendiri dalam mencari kebenaran-kebenaran yang nyata, hasil berlaku dan hal-hal yang diamati, bukannya teori-teori aneh tentang gejala alam.
Francis Bacon mengatakan bahwa seorang murid harus sadar akan adanya kelemahan dalam pikiran yang sering mengubah dan salah dalam menafsirkan kejadian-kejadian alam yang sebenarnya. Ia harus menolak prasangka atau gagasan-gagasan yang merugikan dan berbagai konsepsi tradisional yang belum terbukti, jangan menganggap sesuatu telah benar bila belum diuji kebenarannya, jangan sampai tersesat oleh hal-hal yang salah, berarti ganda, ragu-ragu, dogmatis, kesimpulan yang tidak didasarkan pada kenyataan, dan penjelasan-penjelasan salah tentang suatu gejala, walaupun masuk akal. Ia tidak boleh hanya menghafalkan kata-kata dan buku-buku milik para cendikiawan serta menganggapnya sebagai kebenaran mutlak tetapi harus melihat kepada alam sebagai kebenaran-kebenaran yang dapat dibuktikan. Ia harus menghindari masalah-masalah mistik yang sia-sia atau hal-hal yang tidak berguna dan persoalan-persoalan yang tidak memiliki arti praktis dalam masyarakat.
Jadi, metode induktif yang diperkenalkan oleh Francis Bacon telah memberikan sumbangan pemikiran yang penting dalam menembus metode berfikir deduktif yang dipergunakan secara berlebihan, hingga menyebabkan dalam waktu yang lama ilmu pengetahuan mengalami kematian panjang. Bacon menekankan kepada semua sarjana, dalam menyusun ilmu, megumpulkan sebanyak mungkin fakta pengalaman (empirical brute facts) untuk selanjutnya dianalisis, hingga menghasilkan sebuah temuan hukum baru, yang nantinya digunakan menguasai kekuatan-kekuatan alam dengan penemuan dan penciptaan ilmiah. Sudah saatnya meninggalkan metode deduktif dan beralih ke induktif.

Reference

C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 1997.
Ewing, Persoalan-persoalan Mendasar Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006.

Suhartono Suparlan, Dasar-Dasar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004.

Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, Cet. 2, Jakarta: Raja Wali Pers, 2015.

Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsaafat, Yogyakarta: Kanisius, 1996.

Smith, Samuel, Gagasan-gagasan Tokoh-tokoh Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.


Pengertian Metode Induktif (Teori Empirisme) Menurut Francis Bacon Dan Aliran-Aliran Pemikiran Filsafatnya   Pengertian Metode Induktif (Teori Empirisme) Menurut Francis Bacon Dan Aliran-Aliran Pemikiran  Filsafatnya Reviewed by Unknown on 2:45 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.